Beda Dari yang Lain, Aisyah Tiar Arsyad bakal Perjuangkan Isu Adat dan Budaya Sulsel, Diberi Gelar Daeng Takontu

AKSESPUBLIK, Makassar — Tidak banyak orang mau perjuangkan isu budaya dan adat menjadi calon anggota DPR. Namun dalam diskusi yang digelar TRAH GTS (Gowa, Tallo, Sanrobone) terungkap banyak hal perlu diperjuangkan.

Ketua Forum Silaturahmi Keraton Nusantara Sulsel Ali Mallombasi Daeng Nyengka dalam forum itu menyampaikan sejumlah keluhan terkait pegiat budaya yang kurang utamanya dalam segi pendanaan.

“Harapan kami utamanya pendanaan. Peningkatan pariwisata khususnya Sanrobone tidak pernah diekspos keluar. Termasuk makam-makam,” kata Ali Mallombassi, Ahad, 3 Desember. Hal senada disampaikan Tumabicara Butta Ri Gowa Andi Syamsuddin Dg Mattawang Karaeng Segeri.

Dia menyebut adat dan budaya tidak lagi jadi perhatian pemerintah. Dia berharap ada wakil rakyat yang bisa membawa isu budaya dan adat seperti yang digaungkan Caleg DPR RI Dapil Sulsel 3 Nomor 3 Partai Gerindra Aisyah Tiar Arsyad.

Dia mencontohkan ritual maulid saja selama ini sulit digelar di Istana Balla Lompoa di Gowa. Sehingga mau tidak mau digelar di masjid. Karenanya, Andi Syamsuddin memberikan gelar kepada Aisyah Tiar Arsyad sebagai Daeng Takontu.

Dia berharap agar bisa menjadi seperti I Fatimah Daeng Takontu Karaeng Campagaya, yakni singa betina dalam menghadapi penjajah. “Mudah-mudahan kalau beliau duduk dapat memperhatikan budaya khususnya di Kabupaten Gowa, Tallo dan Sanrobone,” tuturnya.

Mendengar keluhan itu, Caleg DPR RI Aisyah Tiar Arsyad menyampaikan bahwa memang adat dan budaya penting dilestarikan. Generasi muda saat ini harus mempelajari sejarah. Dia mencontohkan makam raja-raja sebagai salah satu bukti sejarah yang harus tetap dijaga.

“Kalau dikelola dengan baik, itu juga bisa menciptakan lapangan pekerjaan. Tidak mengganggu cagar budaya. Bisa ada tempat makan, tempat menjual kerajinan tangan. Itu menjadi suatu hal yang menjadi buah pikiran saya,” tuturnya.

Tidak bisa dipungkiri modernisasi ini memberikan hal positif, tapi tetap harus pikirkan para pelaku budaya. Ia sempat berpikir kenapa tidak membuat film atau drama rakyat, karikatur, cerita yang bisa dilihat anak-anak. Aisyah juga menyampaikan apresiasi atas gelar yang diberikan.

Demikian juga disampaikan Ketua GTH, Suwadi Idris Amir Kr Mattawang. Dia meyakini Aisyah bisa menjaga nilai budaya, dan memperjuangkan melalui DPR RI agar mendapat perhatian lebih lagi. “Soal gelar kehormatan sisa peresmiannya melalui upacara adat. Tentu dicarikan waktu yang pas, ” kata Suwadi. (*)

Comment