Anis Matta: Krisis Narasi dan Ideologi Sebabkan Saling Bongkar Kasus Jelang Pilpres 2024

AKSESPUBLIK, Jakarta — Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta mengatakan, akan ada fenomena saling bongkar kasus atau ‘dirty job‘ menjelang kontestasi Pilpres 2024.

Fenomena bongkar kasus tersebut, akan mendominasi pemberitaan politik di semua media selama enam bulan ke depan hingga Pilpres digelar pada 14 Februari 2024.

“ltu indikatornya sangat kuat,” kata Anis Matta dalam program ‘Anis Matta Menjawab’ Episode #5 di kanal YouTube Gelora TV, Senin (10/7/2023).

Anis menyampaikan penyebab fenomena tersebut karena bakal calon presiden (Bacapres) mengalami krisis ideologi, narasi dan krisis kepemimpinan.

“Jadi kira-kira saya punya empat perspektif untuk membaca mengapa ada fenomena saling bongkar kasus sekarang jelang Pilpres,” kata Anis Matta.

Dalam dialog yang dipandu Wakil Sekretaris Jenderal Bidang Komunikasi Organisasi DPN Partai Gelora Dedi Miing Gumelar, Anis menyebut pertama karena ada efek dosa.

Kedua ada konflik elite, ketiga sedang krisis narasi dan keempat teori Tumit Achilles. Perspektif efek dosa, kata Anis Matta, sebenarnya tidak terkait dengan proses politik atau Pilpres 2024.

Sebab, Islam mengajarkan bahwa seseorang yang melakukan dosa membuat cahaya dalam hatinya meredup, hatinya gelap dan mengeras, serta menjadi orang yang kasar, kesepian dan ketakutan.

Sekarang coba bayangan kalau dosa itu dilakukan berjamaah. Ada satu titik dosa itu, tidak bisa ditutupi dan auratnya akan terbuka.

“Dan waktu Allah SWT ingin menghinakan seseorang, tidak ada yang bisa menghindarkan,” katanya. Anis Matta mengibaratkan itu dengan jenazah yang ingin ditutupi kain kafan.

Ternyata tidak cukup atau tidak bisa ditutupi dengan kain kafan tersebut. Karena telah dihinakan Allah SWT, akibat efek perbuatan dosa yang telah dilakukannya.

Sedangkan perspektif terjadinya konflik antar elite, biasanya terjadi karena tidak adanya kesepakatan. Sehingga membuat mereka saling bertengkar dan membuka kasus masing-masing.

Comment